Segmen hunian mendominasi total transaksi properti. 


Transaksi industri properti sepanjang 2012 bakal menyentuh Rp 475 triliun atau bertumbuh sekitar 12% dibandingkan 2011. 

Faktor ekonomi makro dan iklim sosial politik yang kondusif merupakan dua faktor penting penunjang pertumbuhan tersebut.

Hal tersebut terangkum dari pendapat yang disampaikan oleh Ketua Umum Real Estat Indonesia (REI) Setyo Maharso, Direktur Eksekutif Pusat Studi Properti Indonesia (PSPI) Panangian Simanungkalit, dan Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch (IPW) Ali Tranghanda yang dihubungi oleh Investor Daily, Selasa (2/10).

"Transaksi di pasar properti primer sekitar Rp 125 triliun dan di pasar sekunder sekitar Rp 350 triliun sehingga total menjadi Rp 475 triliun," jelas Panangian Simanungkalit.

Menurut dia, pertumbuhan properti yang sebesar 12% pada 2012 tersebut ditopang oleh faktor makro ekonomi yang cukup bagus. 

Dia menyebutkan, faktor-faktor itu di antaranya BI Rate sebesar 5,75%, suku bunga kredit pemilikan r umah (KPR) 8%, dan pertum buhan ekonomi sebesar 6,2%.

Analisa Panangian diamini kalangan pengembang. Bahkan, Setyo menaksir, transaksi industri properti pada 2012 berkisar 17-20% dibanding 2011.

"Penunjangnya, situasi ekonomi politik yang kondusif, makro ekonomi terjaga, serta pertumbuhan kelas menengah yang tinggi," jelas Setyo Maharso. 

Menurut dia, dari total transaksi properti yang dominan adalah segmen hunian. Walau, katanya, pertumbuhan di segmen perkantoran juga cukup tinggi.

Dia menjelaskan, nilai transaksi industri properti terus bertumbuh karena ekonomi membaik. Nilai kapitalisasi atau transaksi pasar properti primer pada 2011 sekitar Rp 150-an triliun. 

Bila tahun ini bertumbuh sekitar 20%, hingga tutup tahun 2012 nilai transaksi bakal menyentuh sekitar Rp 180-an triliun. 

"Nilai itu termasuk industri perangkat atau penunjang eperti desain interior," tambah Setyo. 

Ali Tranghanda bahkan lebih optimistis lagi. Menurut dia, industri properti masih bisa bertumbuh 25% hingga akhir 2012.

"Lebih rendah jika dibandingkan tahun lalu yang sekitar 35%," ujar dia.

Tingginya pertumbuhan tersebut, jelas Ali, selain karena BI rate masih rendah juga karena pertumbuhan ekonomi masih cukup bagus.

Sektor yang berkontribusi cukup besar terhadap transaksi industri properti, kata Ali, adalah sektor hunian tapak (landed) kelas menengah sampai atas dan apartemen.

"Sebenar nya pada semester kedua segmen menengah yang dominan," tutur Ali.

Dia memperkirakan, pasar perumahan kelas menengah masih tetap dicari banyak orang. Bahkan, pertumbuhan di sektor ini diperkirakan tetap tinggi meski tidak sehebat tahun lalu.

Para pengembang melihat salah satu sektor properti yang berpotensi mendatangkan keuntungan adalah rumah tapak yang mengincar kelas menengah atas. 

Rumah-rumah seharga Rp 500 juta ke atas selain memiliki kelebihan dari struktur dan desain bangunan, juga berada di kompleks perumahan yang dilengkapi dengan berbagai macam fasilitas pendukung. Konsep seperti ini seolah dapat meningkatkan presitise sang empunya, apalagi jika berada di kawasan elite.

Selain itu, agresivitas para pengembang kelas kakap masih terus terlihat sepanjang tahun 2012. 

Proyek-proyek besar masih terus bergulir seperti Ciputra World Jakarta (CWJ), St Morizt, Kemang Village, hingga yang cukup fenomenal Signature milik kelompok Artha Graha. Megaproyek properti tersebut bergulir hingga beberapa tahun ke depan.

"Pada 2013, pertumbuhan properti akan naik lagi dan booming dengan per tumbuhan di atas 10%," tambahnya.